Keuntungan vs Kerugian
Oleh: Husin Ludiono
Jika semua orang ditanyai tentang dua pilihan, ingin untung atau ingin rugi? Maka kebanyakan orang akan menjawab dirinya kepingin untung tidak mau rugi. Kenapa begitu? Mengapa ingin untung tidak mau rugi? Untuk jawaban pastinya bisa anda tanyakan kepada diri sendiri, namun jika anda tanya saya mengapa ingin untung tidak mau rugi? Saya jawab karena untung itu membuat hati dan pikiran senang, sedangkan rugi bisa memunculkan potensi negatif bagi diri kita.
Namun menurut Dr. David J. Schwartz dalam bukunya “Berpikir & Menjadi Sukses” ketika membahas keuntungan, ia berpendapat bahwa tidak peduli apa pun impian Anda, tentu Anda ingin menuai keuntungan maksimum, karena keuntungan merupakan cara untuk mengukur hasil.
Setujukah Anda dengan statement di atas? bahwa menurutnya alat pengukur keberhasilan dilihat dari seberapa banyak keuntungan yang diperolehnya, konsekuensi logisnya adalah jika seseorang dapat meraup keuntungan maksimum maka akan dianggap sebagai orang yang sudah berhasil pada level tertinggi. Jadi antara keuntungan dan keberhasilan itu ada keterkaitan.
Masih dalam buku yang sama, kemudian Dr. David J. Schwartz mendefinisikan berikut contoh tentang apa itu keuntungan? Menurutnya keuntungan adalah imbalan Anda untuk melayani orang lain. Dalam bidang bisnis keuntungan kita terima dari menawarkan barang dan jasa yang baik dengan harga yang layak.
Sebagai muslim kita tentu juga mengetahui bahwa keuntungan itu tidak hanya berupa imbalan yang berbentuk material fisik seperti uang, tawaran jabatan, pemberian aset bergerak (contoh: kendaraan) dan tidak bergerak (contoh: tanah, rumah). Tetapi juga ada keuntungan yang berupa pahala, pertolongan Allah, rahmat dan ridhoNya. Di sini saya utarakan contoh imbalan bagi orang yang mengerjakan takwa:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahan dan akan melipat gandakan pahala baginya”. [Ath-Thalaq/65 : 5]
Jadi imbalan seseorang yang mengerjakan takwa, sebagaimana ayat di atas, akan dihapus kesalahan dan dilipatgandakan pahala baginya.
Tentu itu imbalan yang menarik dan menguntungkan ya, kenapa? Karena semua kita tentu ingin dihapus kesalahannya, ingin bercitra ‘bersih’. Bersih tanpa kesalahan baik kepada manusia maupun kepada Allah. Karena bersih itu menentramkan lahir dan batin kita. Kemudian imbalan kedua adalah dilipatgandakan pahalanya. Analoginya begini; tentu siapa orang yang tidak senang saat THR tiba? Tentu sangat senang ya. Kenapa? Karena karena di akhir bulan gajinya berlipat menjadi dua, satu bulan kerja namun dapat uang gaji seperti kerja 2 bulan. Maka selayaknya gaji THR, pun demikian halnya terhadap pahala yang dilipatgandakan merupakan kabar gembira.
So, siapkah untuk mencari keuntungan? Tentu keuntungan tidak didapatkan saat rebahan, sebagaimana definisinya bahwa keuntungan adalah imbalan yang diperoleh saat Anda menawarkan produk atau jasa kepada orang lain, ini keuntungan dalam bisnis. Sedangkan keuntungan dalam agama adalah ketika Anda berbuat hal yang diperintahNya.
Kedua hal di atas hanya bisa didapatkan ketika melakukan action. No Action No Gain. No Gain No Pain. A dreamer just lay on bed, only on bed you will get a dream. What are we looking for in this life? Dream or Gain?
Super dik
LikeLiked by 1 person
Terima kasih
LikeLiked by 1 person