“Saya takut, Bang, ntar ditanya-tanya, dari mana uangnya.”
Ucap lirih Bapak paruh baya itu, ketika seorang artis menyodorkan sejumlah uangnya.

Seketika hati saya terenyuh, tetiba kok seperti ada yang potong bawang ya-menetes air mata, melihat tayangan berbagi di channel milik seorang artis ternama.

Entah apa yang ada dalam benak artis ini, tapi untuk apa diketahui, dan tak mungkin juga. Yang jelas secara lahiriyah dia sedang berbagi, kemudian cerita berbaginya itu dibagikan dalam channel youtubenya, disinilah mungkin ada pelajaran yang bisa dipetik.

Semacam simbiosis mutualisme, atau apa saja istilahnya. Yang pasti keduanya mendapatkan kebahagiaan. Pemberi dan Penerima mendapatkan kebahagiaannya.

Mungkin sepintas untuk apa dipublikasikan seperti itu? Berbagi ya berbagi saja secara sembunyi-sembunyi. Ya, silahkan saja berkomentar ini dan itu. Tapi satu hal yang pasti program berbagi ini ada efek atau vibrasi (getaran) yang ditimbulkan, vibrasi yang positif.

Bayangkan saja, seenggaknya tayangan itu berhasil membuat banyak orang meneteskan air mata, terketuk hatinya. Itu bukan karena backsoundnya yang melow atau efek cinemanya yang dibuat dramatis, tapi lebih kepada jawaban dari bapak yg menerima uang.

Singkatnya, latar belakang bapak ini dulunya seorang yang terkena PHK (pemutusan hubungan kerja), tapi sebagaimana umumnya seorang kepala keluarga, ia harus tetap menafkahi anggota keluarganya, walaupun dalam situasi yang serba sulit seperti sekarang ini.

Namun, lautan harus diarungi jika ingin sampai ke tepian pulau, demikian pula dengan bapak ini, ia kerahkan tenaganya, tetap gigih dan tidak berputus asa, meskipun itu sangat tidak mudah.

Sebisa-bisanya, ia tidak berpangku tangan mengharap imbalan belas kasihan orang, malah sebaliknya ia tetap berusaha, berjuang ‘ngerogoh’ ditepian sungai yang berlumpur, demi mendapatkan sesuap nasi untuk dirinya dan keluarganya. Sembari tertanam satu keyakinan dalam hati, bahwa pasti ada jalan keluarnya.

Hingga akhirnya… ketika bapak ini sedang “ngerogoh” (cari ikan) di pinggir kali yang berlumpur, berhenti sebuah mobil, dibukanya kaca jendela, sosok artis ini kemudian menyapa lelaki di samping kanannya, dari bangku kemudinya.

Baim: “Lagi apa?”
Bapak: “Lagi ngrogo”
Baim: “Ngerogo itu apa sih?”
Bapak: “Cari ikan”

Baim: “Dijual atau dimakan itu ikannya, Pak?”
Bapak: “Buat makan, ya kalau dapet banyak dijual.”
Baim: “Itu ikan apa?”
Bapak: “Mujair.”

Baim: “Jualan kayak gitu bisa dapat berapa?”
Bapak: “10 ribu”
Baim: “Paling banyak dapat berapa?”
Bapak: “Paling 20 ribu.”

Baim: “Sekarang lagi corona gini susah gak nyari uang?”
Bapak: “Susah banget, 10 ribu aja”
Baim: “Berarti kalau dapet 10 ribu atau 20 ribu, buat makan aja atuh, kang?”
Bapak: “Iya”

Baim: “Dulu, pernah punya tabungan berapa?”
Bapak: “Ya ngga banyak, paling tiga setengah juta.”
Baim: “Alhamdulillah.”

Lalu Baim memanggil bapak itu, yang masih berdiri di air berlumpur.
Baim: “Sini saya kasih, Pak”
Sambil merogoh tas selempangnya, Baim mengeluarkan gulungan uang, untuk diberikan kepada bapak itu.
Bapak: “Duh pak, ga enak.”
Baim: “Nggapapa.”

Kemudian Baim buka pintu mobil, mengambil sebuah baju yang masih terbungkus, untuk dikasihkan ke bapak itu sebagai kenang-kenangan, disertai segulung uang. Pemberian pertama.

Reaksi dari bapak itu tampak berat, merasa tidak enak ketika disodori uang dan baju, itu tampak dari gesturnya.

Bapak itu kemudian mendoakan Baim “Mudah-mudahan bapak rezekinya banyak, dipanjangkan umurnya, disehatkan badannya.”
Baim: “Aamiin.”

Lalu Baim memberikan uangnya lagi, tumpukan tipis kepada bapaknya.
“Ini buat Bapak, ya, dan keluarga Bapak.”
Bapak: “Terima kasih banyak, Pak.”

Baim: “Pokoknya salam ya buat keluarga, salam dari saya.”
Sambil menyodorkan bundelan uang lagi untuk si Bapak.

Bapak itu tertunduk sambil sedikit menangis, mengucapkan terima kasih kepada Baim. Kemudian menurunkan lututnya untuk duduk di rumput (lemes karena tidak menyangka) diikuti Baim.
Baim: “Tadi berapa uang tabungannya?”
Bapak: “Tiga setengah, pak.”

Baim mengeluarkan tumpukan uang lagi untuk bapak ini.
Jawaban bapaknya: “Tidak usah, Pak. Sudah, Pak. Gak mau, Pak.”

Baim menyodorkan uangnya kembali, sambil berpesan “Jaga sholatnya, yah”.

Bapak ini menangis menghadapi situasi yang tidak diduganya, gesturnya menolak. Tapi Baim tetap memaksa agar bapak itu mau menerima uangnya.
Bapak: “Saya takut, Bang. ntar ditanya-tanya, dari mana uangnya.”

Akhirnya, setelah Baim meyakinkan bapak itu supaya jangan takut untuk menerima pemberiannya, dan juga jangan takut ketika bapak itu sampai di rumah, kemudian ditanya-tanya oleh keluarganya, tentang uang yang sebesar itu berasal dari mana.

Baim kemudian mengakhiri pertemuan tak direncanakn itu dengan mengajak selfi bapak pencari ikan, kemudian bukti foto pertemuannya itu, nanti akan dikirimkan ke no hp bapaknya yang ketinggalan di rumah. Setelah pamitan, Baim kemudian melanjutkan perjalanannya.

Demikian certif (cerita inspiratif) kali ini, saya kutip dari channel ini : https://m.youtube.com/watch?v=sAlQaYyvI9c
Semoga ada manfaatnya, simak certif lainnya, dan semoga ini bisa menjadi hiburan yang menyejukan jiwa.

“Berbagilah, mungkin saja disana ada orang yang sabar sedang diujung batasnya, membutuhkan bantuan anda.”

kh